Kamis, 20 Februari 2014


Aku menemukanmu disaat aku sedang jatuh-jatuhnya akan cinta. Di sini, di kota tempat dimana kita sama-sama dibesarkan menjadi masing-masing manusia yang sama-sama mencari arti dari suatu kata – bahagia. Entah apa yang membawaku kini tetap dekat denganmu, membuat mataku untuk selalu mencari alas an untuk memandangmu, membuat aku gelisah saat menahan rindu, membuat hatiku berdebar setiap melihatmu, dan membuat perutku bergejolak saetiap kamu menyapaku.
Aku tidak pernah mengerti mengapa Tuhan selalu mempertemukan kita, membawaku untuk selalu menemuimu dikeadaan terendahku, disaat aku sedang hancur-hancurnya. Aku juga tidak pernah berfikir kenapa aku selalu menjatuhkan hatiku kepadamu, membuatku menyayangimu setinggi ini, memberikan seluruh perhatianku kepadamu, dan aku tidak pernah sedikitpun mengira bahwa kamu akan sebegitu berarti untuk hidupku – keterpurukanku.
Aku mencintaimu tanpa perlu menggenggammu, aku menyayangimu tanpa perlu kamu selalu berada disini – disampingku, aku mencintaimu tanpa perlu selalu melihatmu di hadapanku, aku mencintaimu dalam jarak – jarak yang tidak pernah kita inginkan. Aku mencintaimu dalam kesibukan kita yang sedikit demi sedikit menggerogoti kebersamaan kita. Aku menyayangimu dengan caraku yang sederhana. Sesederhana melihat sinar di matamu saat bertatapan denganku, sesederhana melihat senyum di bibirmu yang selalu menulariku, sesederhana lelucon-lelucon yang hadir di setiap perbincangan hangat kita, sesederhana tawa di sudut percakapan absurd kita, sesederhana caramu mendengarkan setiap cerita-ceritaku. Sesederhana senyum yang mengembang di bibirku saat melihatmu bersusah payah memotong daging steak dengan gayamu yang apa adanya, sesederhana rasa nyaman yang selalu hadir setiap ku di dekapmu. Seindah lili yang merekah saat rindu berbalas. Seringan langkah kaki setiap melangkah bersamamu. Sekuat keyakinanmu bahwa aku bisa menghadapi setiap masalah. Setenang saat bersandar di pundakmu.
Inikah cinta? Cinta yang akan selamanya bersemi? Atau justru cinta yang akhirnya akan berakhir sama – layu seiring bergulirnya waktu?

Senin, 03 Februari 2014

jika ucapanku tidak bisa membuatmu mengerti, mungkin bisa dengan amarahku.
tetapi jika amarahku tidak bisa membuatmu mengerti, mungkin bisa dengan tangisku.
tetapi jika tangisku juga tidak bisa membuatmu mengerti, mungkin bisa dengan senyumku.
tetapi jika senyumku tidak bisa membuatmu mengerti juga, mungkin bisa dengan diamku.
tetapi jika semua cara itu tidak bisa membuatmu mengerti, mungkin dengan kepergianku kamu bisa mengerti semua yang selama ini tidak bisa kamu mengerti...