Aku menemukanmu
disaat aku sedang jatuh-jatuhnya akan cinta. Di sini, di kota tempat dimana
kita sama-sama dibesarkan menjadi masing-masing manusia yang sama-sama mencari
arti dari suatu kata – bahagia. Entah apa yang membawaku kini tetap dekat
denganmu, membuat mataku untuk selalu mencari alas an untuk memandangmu,
membuat aku gelisah saat menahan rindu, membuat hatiku berdebar setiap
melihatmu, dan membuat perutku bergejolak saetiap kamu menyapaku.
Aku tidak pernah
mengerti mengapa Tuhan selalu mempertemukan kita, membawaku untuk selalu
menemuimu dikeadaan terendahku, disaat aku sedang hancur-hancurnya. Aku juga
tidak pernah berfikir kenapa aku selalu menjatuhkan hatiku kepadamu, membuatku
menyayangimu setinggi ini, memberikan seluruh perhatianku kepadamu, dan aku
tidak pernah sedikitpun mengira bahwa kamu akan sebegitu berarti untuk hidupku –
keterpurukanku.
Aku mencintaimu
tanpa perlu menggenggammu, aku menyayangimu tanpa perlu kamu selalu berada
disini – disampingku, aku mencintaimu tanpa perlu selalu melihatmu di hadapanku,
aku mencintaimu dalam jarak – jarak yang tidak pernah kita inginkan. Aku mencintaimu
dalam kesibukan kita yang sedikit demi sedikit menggerogoti kebersamaan kita. Aku
menyayangimu dengan caraku yang sederhana. Sesederhana melihat sinar di matamu
saat bertatapan denganku, sesederhana melihat senyum di bibirmu yang selalu
menulariku, sesederhana lelucon-lelucon yang hadir di setiap perbincangan hangat
kita, sesederhana tawa di sudut percakapan absurd kita, sesederhana caramu mendengarkan
setiap cerita-ceritaku. Sesederhana senyum yang mengembang di bibirku saat
melihatmu bersusah payah memotong daging steak dengan gayamu yang apa adanya,
sesederhana rasa nyaman yang selalu hadir setiap ku di dekapmu. Seindah lili
yang merekah saat rindu berbalas. Seringan langkah kaki setiap melangkah
bersamamu. Sekuat keyakinanmu bahwa aku bisa menghadapi setiap masalah. Setenang
saat bersandar di pundakmu.
Inikah cinta? Cinta
yang akan selamanya bersemi? Atau justru cinta yang akhirnya akan berakhir sama
– layu seiring bergulirnya waktu?