Sabtu, 20 Oktober 2012

someday, somewhere

Hari itu gue berkenalan dengannya di sebuah media social yang sedang hangat-hangatnya di gandrungi oleh semua orang di Dunia. Yah tahun 2010 tepatnya 28 Agustus ketika gue duduk di bangku kelas 3 SMA. Hanya dari sebuah sapaan dan salam perkenalan yang membawa gue ke keadaan yang lebih baik. Akhir tahun 2011 kami mulai dekat lagi, hanya sebagai teman yang selalu main kata-kataan, tp dari situ gue jatuh hati ke lelaki itu. Lelaki yang sederhana, apa adanya dan yah humoris. Hidup gue jadi bisa penuh akan tawa lagi karna kedatangannya lagi ke hidup gue.

11 Januari 2012 pertama kalinya kami bertemu. Yah pertemua itu pula yang lagi-lagi merubah keadaan menjadi lebih indah. Kami tambah dekat, sampai akhirnya 28 Januari 2012 kami memutuskan untuk berpacaran. Dengan seikat bunga mawar dan sebuah kalimat pernyataan cinta dan sebuah kalimat permintaan. Yaaah, jelas gue akan menjawab iya. Hari-hari kami lalui, bahagia, sedih dan gak jarang pertengkaran kami lewati. Pertengkaran kecil yang menjadi besar. Suatu ucapan yang berujung salah paham. Suatu ego yang meluap-luap. Tidak jarang kami merasa lelah akan hubungan yang tidak jarang diwarnai dengan pertengkaran ini. Janji-janji besar untu masa depan, harapan-harapan untuk masa depan, rencana-rencana hidup dimasa depan tak jarang kami susun sedemikian rupa.

“kalaupun kamu bukan jodoh aku, aku akan minta ke Allah dan buat kamu yang jadi jodoh aku”. Yah mungkir terlalu takabur akan ucapan itu, tp itu adalah harapan kami berdua saat itu. Semua hal-hal dan kejadian-kejadian indah yang selalu aku ingat, dan semua kejadian-kejadian dan hal-hal yang menyakitkan yang seperti menjadi jalan untuk membuka luka yang menyakitkan setiap mengingatnya.

Terkadang gue berfikir, untuk apa ada janji-janji itu kalau akhirnya untuk dilupakan? Untuk apa ada janji-janji itu kalo akhirnya di ingkari? Untuk apa ada janji-janji itu kalau hanya untuk menggoreskan luka yang baru. Untuk apa ada harapan-harapan indah kalau akhirnya selalu kalah akan ego? Untuk apa ada rencana-rencana besar kalau hanya untuk kita hapuskan? Terkadang apa yang kita perbuat ke orang lain gak pernah kita sadari seberapa dalamnya hal itu menyisakan luka dihati orang lain. Terkadang kita terlalu enggan untu memikirkan bagaimana rasanya ada di posisi orang lain. Semua senyuman, air mata dan kesakitan telah sedikit mendewasakan kita. Tapi mungkin kedewasaan aku sekarang belum cukup untuk kamu saat ini. Mungkin masih banyak yang harus aku ubah dari diri aku buat kamu. Mungkin bukan saat ini aku bisa mendampingi hidup kamu. Mungkin nanti, suatu saat, saat semuanya sudah sempurna untukmu, saat kedewasaan aku sudah kamu anggap cukup pantas untuk mendampingi kamu, saat ego aku bisa aku redam untuk memeluk ego kamu dengan kasih.

Mungkin kita akan dipertemukan suatu saat nanti, di suatu tempat seperti dahulu Dia mempertemukan kita di suatu keadaan yang tak pernah kita duga hingga kita bs menjadi seperti kemarin 


With Love,

Rach