Hari itu gue berkenalan dengannya
di sebuah media social yang sedang hangat-hangatnya di gandrungi oleh semua
orang di Dunia. Yah tahun 2010 tepatnya 28 Agustus ketika gue duduk di bangku
kelas 3 SMA. Hanya dari sebuah sapaan dan salam perkenalan yang membawa gue ke
keadaan yang lebih baik. Akhir tahun 2011 kami mulai dekat lagi, hanya sebagai
teman yang selalu main kata-kataan, tp dari situ gue jatuh hati ke lelaki itu. Lelaki
yang sederhana, apa adanya dan yah humoris. Hidup gue jadi bisa penuh akan tawa
lagi karna kedatangannya lagi ke hidup gue.
11 Januari 2012 pertama kalinya
kami bertemu. Yah pertemua itu pula yang lagi-lagi merubah keadaan menjadi
lebih indah. Kami tambah dekat, sampai akhirnya 28 Januari 2012 kami memutuskan
untuk berpacaran. Dengan seikat bunga mawar dan sebuah kalimat pernyataan cinta
dan sebuah kalimat permintaan. Yaaah, jelas gue akan menjawab iya. Hari-hari
kami lalui, bahagia, sedih dan gak jarang pertengkaran kami lewati. Pertengkaran
kecil yang menjadi besar. Suatu ucapan yang berujung salah paham. Suatu ego
yang meluap-luap. Tidak jarang kami merasa lelah akan hubungan yang tidak
jarang diwarnai dengan pertengkaran ini. Janji-janji besar untu masa depan,
harapan-harapan untuk masa depan, rencana-rencana hidup dimasa depan tak jarang
kami susun sedemikian rupa.
“kalaupun kamu bukan jodoh aku, aku
akan minta ke Allah dan buat kamu yang jadi jodoh aku”. Yah mungkir terlalu
takabur akan ucapan itu, tp itu adalah harapan kami berdua saat itu. Semua hal-hal
dan kejadian-kejadian indah yang selalu aku ingat, dan semua kejadian-kejadian
dan hal-hal yang menyakitkan yang seperti menjadi jalan untuk membuka luka yang
menyakitkan setiap mengingatnya.
Terkadang gue berfikir, untuk apa
ada janji-janji itu kalau akhirnya untuk dilupakan? Untuk apa ada janji-janji
itu kalo akhirnya di ingkari? Untuk apa ada janji-janji itu kalau hanya untuk
menggoreskan luka yang baru. Untuk apa ada harapan-harapan indah kalau akhirnya
selalu kalah akan ego? Untuk apa ada rencana-rencana besar kalau hanya untuk
kita hapuskan? Terkadang apa yang kita perbuat ke orang lain gak pernah kita
sadari seberapa dalamnya hal itu menyisakan luka dihati orang lain. Terkadang kita
terlalu enggan untu memikirkan bagaimana rasanya ada di posisi orang lain. Semua
senyuman, air mata dan kesakitan telah sedikit mendewasakan kita. Tapi mungkin
kedewasaan aku sekarang belum cukup untuk kamu saat ini. Mungkin masih banyak
yang harus aku ubah dari diri aku buat kamu. Mungkin bukan saat ini aku bisa mendampingi
hidup kamu. Mungkin nanti, suatu saat, saat semuanya sudah sempurna untukmu,
saat kedewasaan aku sudah kamu anggap cukup pantas untuk mendampingi kamu, saat
ego aku bisa aku redam untuk memeluk ego kamu dengan kasih.
Mungkin kita akan dipertemukan suatu saat nanti, di suatu tempat seperti dahulu Dia mempertemukan kita di suatu keadaan yang tak pernah kita duga hingga kita bs menjadi seperti kemarin
With Love,
Rach
boleh juga..
BalasHapuspada akhirnya ego gak akan bisa diredam kalo gak ada yang ngalah, kalo "dia" gak bisa ngalah kenapa gak lu yang ngalah, atau sebaliknya.
pendapat iseng aja.